Di Negara RI ini dapat kita lihat bahwa jumlah gepeng dan anjal sangatlah memadai. Hampir 50% masyarakat yang menjadi gepeng dan anjal. Berseru meminta sedekah di setiap sisi kota dengan perasa’an yang bercampur adu antara malu dan keharusan untuk melakukannya. Hal itulah yang setiap hati mereka lakukan (Daily Activity) demi memenuhi tuntutan mesin yang selalu bergulir tampa digulir, mesin yang kumaksudkan adalah perut, yang dimana harus di’isi setiap hari agar kehidupan dapat berlanjut.
Dengan pertumbuhan masyarakat yang begitu pesat di Negara RI ini, disitu pula angka kemiskinan semakin bertambah dan dengan semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) maka perbeda’an pun semakin terlihat jelas antara orang- orang yang berpendidikan dan yang tidak berpendidikan sangatlah jauh. Begitupulah dengan kaum miskin (Gepeng dan Anjal) dan orang-orang berada. Kaum miskin harus melanjutkan hidupnya dengan cara apapun juga, entah itu mengemis ataupun mengamen. Sedangkan orang berada melanjutkan hidupnya dengan penuh kemewahan, membangun tembok tinggi di sekeliling rumahnya dan menutup mata untuk tidak melihat keada’an sekelilingnya. Menutup telinga pada sa’at mendengar bahasa seruan, jeritan dan tangis.
Sebenarnya siapakah yang harus kita anggap sebagai orang miskin dan tak berpendidikan dan siapakah yang layak kita sebut sebagai orang pintar dan berada. Bukankah kita semua sama derajatnya dimata Tuhan?
Yang ingin aku ungkapkan dalam karya tulisku ini adalah
“Penerapan teori yang ada pada sila kedua yaitu Kemanusiaan yang adil dan Beradab” aku ingin agar masyarakat Indonesia menerapkan teori tersebut dalam kehidupan sehari-hari sebagai falsafah hidup, etika politik dan sebagai ideologi nasinal dalam sejarah perjuangan bangsa, di dalam praktek kenegaraan dan sebagai paradigma kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Jika kita menoleh ke belakang dalam sejarah perjuangan setiap bangsa siapakah yang pantas kita sebut sebagai pahlawan sejati? Bagiku, gelar pahlawan sejati pantas diterima oleh orang-orang yang kita anggap miskin dan tak berpendidikan, karena jika diteliti dengan seksama dalam sebuah peperangan yang duluan tewas dalam membela bangsa dan Negara adalah orang-orang yang kita anggap bodoh, miskin, dan para anggota.
Lalu siapa yang selalu dilindungi? Sudah pasti orang-orang yang dianggap penting, pemimping, pintar dan para penguasa. Tapi bagiku, orang-orang yang tidak dianggap dan tidak ditulis nama mereka dalam buku sejarah perjuangan Negara-lah yang berhak menerima gelar sebagai pahlawan sejati bangsa dan Negara dalam perjuangan kemerdekaan, lebih-lebih dalam perjuangan menghadapi dan menjalani pahitnya hidup. Maka dari itulah aku minta supaya kita semua mengukir nama gepeng dan anjal di dalam hati kita sebagai “Pahlawan Kehidupan” dan bersatu kita membantu dan menyalurkan kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar